Perawat Filipina

%PDF-1.7 %µµµµ 1 0 obj <>/Metadata 740 0 R/ViewerPreferences 741 0 R>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/XObject<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/Annots[ 13 0 R] /MediaBox[ 0 0 595 842] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœµ=ÛrÛ8²ï©Ê?ðíHS1M€àmvkks�ñ$ñxcgg§fö�¶dY±,y)Yï×t hѦä*Û$nlô½ yøòn=¿¬/ÖÑ_ÿzør½®/®¦“è�óÕí¿Ïîo§‡'õl¾¬×óÕòðts¾†¢Ÿ§õdz÷·¿E¯Þ¼ŽþóüY'ðS–y%QVeQ)xt7}þì·¢åóg¯Îž?;|Ç"Æ¢³ËçϘl”D,*’¸äYT”e\ÑÙ�lôÓi;ʣޕúî§çÏþEãGg¿<öV÷�çÏz

SERAMBINEWS.COM - Legenda sepakbola dunia, Diego Armando Maradona memang telah meninggal pada Rabu (25/11/2020) lalu.

Namun, berita yang mengupas soal pemain yang terkenal dengan ‘go tangan tuhan’ tersebut tetap menarik bagi banyak pihak.

Terbaru, tragedi kematian Diego Maradona pun semakin dramatis dengan munculnya sebuah skandal.

Diego Maradona sendiri meninggal dunia di rumahnya, San Andres, Buenos Aires, Rabu (25/11/2020). Pahlawan Timnas Argentina pada Piala Dunia 1986 itu wafat akibat serangan jantung.

Cerita terbaru muncul dari Dahiana Gisela, suster yang bertugas merawat sang legenda sepakbola dunia tersebut.

Baca juga: VIDEO Penggemar Fanatik Maradona Berkumpul di Rumah Masa Kecil Si Tangan Tuhan

Baca juga: Jenazah Diego Maradona Diotopsi, Laporan Awal Tim Forensik Ungkap Penyebab Kematiannya

Baca juga: Maradona Bisa Lebih Hebat dari Siapapun Andai tak Terbujuk Masuk ke Dunia Hitam

Menurut berita Clarin yang dikutip BolaSport.com, Gisela dipaksa membuat keterangan palsu terkait kematian Maradona.

Dalam pernyataan pertama kepada jaksa yang menginvestigasi kasus kematian Maradona, dia mengaku sempat masuk ke kamar pasien sebelum kejadian berlangsung.

Namun, dalam pernyataan kedua, Gisela justru mengaku tidak memasuki ruangan. Gisela sempat mendampingi Susana Cosachov (psikiater) dan Carlos Diaz (psikolog) untuk menjalani pemeriksaan rutin terhadap Maradona pada siang hari.

Nah, kejadian selanjutnyalah yang menjadi cerita. Gisela dipaksa oleh Medidom, perusahaan medis tempat psikiater dan psikolog tersebut bekerja, untuk bilang kepada pihak penyelidik bahwa dirinya telah mengecek kondisi Maradona saat pagi hari.

Padahal, Gisela tidak melakukan pemeriksaan dan tak masuk ke kamar. Dia memang mendengar pergerakan Maradona di kamar, tetapi tidak masuk ke dalamnya.

Baca juga: VIDEO - Operasi Pembersihan RANJAU DARAT antara Tartar dan Sukovusan di Karabakh

Baca juga: Olimpiade Tokyo Ditunda, Kerugian Diprediksi Mencapai Rp 26,73 Triliun

Baca juga: Juventus Ditahan Tim Papan Bawah, Pirlo Luapkan Kekecewaan dan Akui Butuh ‘Magis’ Ronaldo

Sebuah laporan juga datang dari pukul 11:55 saat kunjungan Cosachov dan Diaz. "Setelah mengetuk pintu berkali-kali, pasien tidak merespons. Pada pukul 12.10, pasien tidak memiliki denyut nadi. PCR dasar dilakukan," bunyi laporan tersebut.

Sebelum mengembuskan nafas terakhir, Maradona meminta kepada keluarga agar tubuhnya dibalsem ketika meninggal. Dia jadi orang Argentina keempat yang diawetkan dengan cara tersebut.

Sebelumnya, ada Jose de San Martin (mantan jenderal), Juan Domingo Peron (eks presiden), dan istri Peron.(*)

Artikel ini telah tayang di BolaSport.com dengan judul "Skandal Laporan Palsu dalam Kasus Kematian Diego Maradona"

RADARMEDAN.COM – Rumah Sakit Umum (RSU) Bandung diserang oleh sekelompok orang sekitar pukul 05.00 WIB, di Jalan Mistar Medan, Minggu (6/11/2022).

“Tadi pagi subuh kami mendapat kabar, sekolompok oknum-oknum gerombolan manusia yang mendantangi Rumah Sakit ini mengganggu dan memukuli adek ini (saksi/korban-red) pegawai medis (perawat) dan ada juga dokter dipukuli,” kata Anggota Komisi A DPRD Sumut Rudy Hermanto dalam video yang diunggah di media sosial.

Politisi PDIP itu menyayangkan pelaku yang diduga mengaku oknum Polri menyerang dan membuat kericuhan, karena di rumah sakit tak boleh tempat keributan.

“Rumah sakit adalah tempat yang tidak boleh dilakukan pernyerangan oleh siapa pun, dalam kondisi perang sekalipun. Tapi, hari ini di kota Medan di Rumah Sakit Bandung, di Jalan Mistar, kota Medan telah terjadi pernyerangan oleh segerombolan oknum yang mengaku aparat,” kata Rudy.

Ia mendesak Kapolri, Kapolda Sumut, Kapolrestabes Medan untuk mengusut tuntas kasus ini. Penganiyaan itu terekam kamera CCTV Rumah Sakit.

“Kami meminta Bapak Kapolri yang sudah berkali-kali mengupayakan polisi sebagai pelayan masyarakat. Bapak Kapolda dengan segala kerendahan hati, Kapolrestabes Medan, Bung Bobby Nasution Wali Kota Medan datang dan saksikan lihat kejadian semua lengkap dengan CCTV, adanya penyerangan sewenang-wenang oleh sekelompok manusia, yang sangat biadab melakukan pemukulan disini kepada petugas dan dokter, semua ada CCTV nya disini,” jelas Rudy.

Salah seorang pegawai RSU Bandung menceritakan kronologinya. Akibat pemukulan itu, saat ini para korban dirawat di RSU tersebut.

“Korban dirawat di ruangan kita, dimana korban sudah mengalami cidera yang cukup berat. Kemudian, kronologi kejadian itu pada jam 5 subuh, tepatnya pada Sholat Subuh, datang gerombolan orang memakai motor atau mobil ke daerah Rumah Sakit Bandung, tiba-tiba datang menghantami pegawai Rumah Sakit Bandung dengan tidak manusiawi, memijak, menendang, memukul, menyepak, itu terjadi tidak dengan hoax, itu terbukti dengan adanya CCTV akan membuktikan itu semua,” kata dia.

Sementara pemilik RSU Bandung dr Meriahta Sitepu yang merupakan Bendahara DPD PDI Perjuangan Sumut mengatakan para pasien sudah ada yang keluar akibat kejadian itu. Ia melihat pelaku mengendarai sepeda motor dan mobil.

“Jadi pada saat itu, saya datang sudah ramai masa, ada dua orang oknum di kereta ingin memukul abang saya yang juga dokter. Saya teriak ini mau dimasa, jangan dipukul, setelah itu mereka lari. Ini tidak manusiawi menginjak-nginjak orang, perawat, dan hampir dibawa,” tegasnya.

Anggota DPRD Sumut Komisi E itu meminta dan memohon kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Kapolda Sumut Irjen RZ Panca Putra Simanjuntak, Kapolrestabes Medan Kombes Valentino Alfa Tatareda segera menindaklanjuti. (SIP)/pe